TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK Psikologi pendidikan

0

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK


 



 


 


 


 


 


 

Disusun Oleh    :

  1. Mina Zulaecha        (4401408059)
  2. Candra Widiasmoro    (4401408021)
  3. Yoan Eko Cahyono     (4401410030)
  4. Rina Anjarwani    (4401410056)


     

    Mata Kuliah/Rombel    : Psikologi Pendidikan/14


     


     


     


     


     

    UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

    2011


     


     

    BAB I

    PENDAHULUAN


     

    1. Latar Belakang

Belajar merupakan istilah yang tidak asing dalam kehidupan sehari-hari. Namun demikian, apabila ada orang bertanya tentang batasan apakah belajar itu, maka kemungkinan jawaban dari masing-masing individu bisa berbeda-beda. Hal tersebut terjadi karena rumusan batasan yang diberikan para ahli sukar untuk mencapai kesamaan yang mutlak.

Belajar merupakan proses perubahan perilaku. Perubahan perilaku yang dimaksud dapat berwujud perilaku yang tampak (overt behavior) atau perilaku yang tidak tampak (inert behavior). Perubahan perilaku yang diperoleh dari hasil belajar dapat bersifat permanen, yaitu perubahan perilaku akan bertahan dalam waktu relative lama, sehingga pada suatu waktu perilaku tersebut dapat dipergunakan untuk merespon stimulus yang sama atau hampir sama. Tetapi tidak semua perubahan perilaku merupakan perwujudan dari hasil belajar, karena terdapat perubahan perilaku yang tidak disebabkan oleh kegiatan belajar.

Aspek penting yang dikemukakan oleh aliran behavioristik dalam belajar adalah bahwa hasil belajar (perubahan perilaku) itu tidak disebabkan oleh kemampuan internal manusia (insight), tetapi karena faktor stimulus yang menimbulkan respons. Oleh karena itu, agar aktivitas belajar siswa di kelas dapat mencapai hasil belajar yang optimal, maka stimulus harus dirancang menarik dan spesifik sehingga mudah direspons oleh siswa.Proses belajar pada diri individu terjadi dengan berbagai cara. Kadang-kadang proses belajar tersebut dilakukan secara sengaja, sebagaimana ketika siswa memperoleh informasi yang disajikan oleh guru di dalam kelas, atau ketika siswa membaca berbagai macam istilah di dalam buku. Disamping itu, terjadi juga bahwa proses belajar itu dilakukan secara tidak sengaja, seperti respons yang spontan.

Sehingga dari sinilah kita bisa melihat beragam cara atau langkah yang ditempuh oleh masing-masing individu untuk melakukan proses pembelajaran. Cara-cara tersebut bisa dijadikan suatu teori yang subjektif bagi masing-masing individu dengan resiko positif dan negatifnya. Di makalah yang berjudul Teori Belajar Behavioristik akan disajikan mengenai teori-teori apa sajakah yang menurut para ahli sudah dikembangkan untuk kemajuan proses pembelajaran serta akan dibahas pula mengenai prinsip-prinsip belajar yang berkaitan erat dengan teori belajar.


 


 


 

  1. Rumusan Masalah

    Adapun rumusan masalah pada makalah ini yaitu:

    1. Apa saja teori-teori belajar yang dikemukakan oleh para ahli?
    2. Apa sajakah yang dijadikan sebagai prinsip-prinsip belajar ?
  2. Tujuan

    Adapan tujuan dibuatnya makalah ini adalah:

    1. Untuk mengetahiu teori-teori belajar yang dikemukakan oleh para ahli.
    2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip belajar.


     


     


     


     


     


     


     


     


     


     


     


     


     


 

BAB II

PEMBAHASAN

  1. Teori-teori Belajar Menurut Ahli


     

    1. Teori Belajar Classical Conditioning

      Teori ini d dikembangkan oleh Ivan Pavlov (1849-1936). Pavlov mempelajari bagaimana Anjing menjadi terkondisi untuk berliur walau tanpa doberi makanan. Menurut Pavlov anjing mengeluarkan air liur ketika dikasih makanan (bersifat alami).


       

    2. Teori Belajar Operant Conditioning

      Teori belajar operant conditioning dikembangkan oleh Burr Federic Skinner (1904-1990). Skinner memandang manusia sebagai mesin yang bertindak secara teratur dan dapat diramalkan responsnya terhadap stimulus yang datang dari luar. Eksperimen menggunakan tikus yang lapar didalam kandang dengan dikasih makanan jika tikus memencet bel (penguatan positif), kemudian suatu saat bel itu diputuskan. Namun tikus tetap memencet dalam waktu yang lama (tikus mengalami operant conditioning).

          2 (dua) prinsip umum yang berkaitan dengan operant conditioning, yaitu:

      1. Setiap rsepons yang diikuti oleh penguatan cenderung akan diulang kembali.
      2. Reward atau reinforcing stimuli akan menungkatkan kecepatan terjadinya respons.


         

    3. Teori Belajar Koneksionisme

          Edward Thorndike mengembangkan teori koneksionisme di AS (1874-1949). Eksperimen menggunakan kucing yaitu menghitung waktu yang dibutuhkan oleh kucing untuk dapat keluar dari kandang. Menurut Thorndike, koneksi (connection) merupakan asosiasi antara kesan-kesan penginderaan dengan dorongan untuk bertindak, yakni upaya untuk menggabungkan antara kejadian penginderaan dengan perilaku. Dalam hal ini Thorndike menitik beratkan pada aspek fungsional dari perilaku, yaitu bahwa dari proses mental dan perilaku organisme berkaitan dengan penyesuaian diri terhadap lingkungannya.

          Dalam memecahkan masalah, ternyata kucing melakukannya secara sedikit demi sedikit dan tidak secara mendadak. Ini menunjukan bahwa kucing dalam memecahkan masalah yang dihadapinya tidak menggunakan pemahaman (insight), Karena tidak adanya pemecahan masalah yang mendadak. Thorndike menyimpulkan bahwa kegiatan belajar pada dasarnya adalah bersifat trial dan error. Dan pada manusia dijelaskan bahwa belajar lebih bersifat kompleks.


       

          3 (tiga) macam hukum belajar, yaitu:

  • Hukum Kesiapan (the law of readiness)

        Agar proses belajar mencapai hasil yang baik, maka diperlukan adanya kesiapan individu dalam belajar.

  • Hukum Latihan (the law of exercise)

        Hubungan atau koneksi antar stimulus dan respons akan menjadi kuat apabila sering dilakukan latihan.

  • Hukum Akibat (the law of effect)

        Apabila sesuatu memberikan hasil yang menyenangkan maka hubungan antara stimulus dan respons akan menjadi kuat dan sebaliknya.


 


 

  1. Teori Belalajar Modifikasi Perilaku Kognitif

        Meichenbaum menyatakan bahwa individu dapat diajarkan untuk memantau dan mengatur perilakunya sendiri. Cara yang digunakan yaitu melatih individu yang terganggu emosionalnya untuk membuat dan menjawab pertanyaannya sendiri.


     

    Ada 5 tahap dalam kegiatan mandiri yang dikembangkan oleh Meichenbaum, yaitu:

    1. Model orang dewasa melakukan tugas tertentu sambil berbicara dengan keras. Kegiatan ini disebut modeling kognitif
    2. Anak melakukan tugas yang sama di bawah arahan pembelajaran dari model. Kegiatan ini disebut bimbingan eksternal.
    3. Anak melakukan tugas sambil membelajarkan diri sendiri. Kegiatan ini disebut bimbingan yang dilakukan oleh diri sendiri.
    4. Anak membelajarkan dirinya sendiri dengan cara berbicara pelan-pelan pada saat melanjutkan tugas. Kegiatan ini disebut bimbingan yang dilakukan diri sendiri.
    5. Anak melakukan tugas untuk mencapai kenerja tertentu dengan melakukan percakapan diri sendiri (pembelajaran diri sendiri).

          Teori belajar modifikasi perilaku kognitif ini menekankan pada modeling percakapan diri sendiri dan secara meningkat berpindah dari perilaku yang dikendalikan oleh orang lain kepada perilaku yang dikendalikan oleh diri sendiri.


       

  2. Teori Belajar Conditioning

        Guthrie adalah seorang behaviorisme yang hidup pada tahun 1959. Ia menyatakan bahwa semua belajar dapat diterangkan dengan satu prinsip, yaitu prinsip asosiasi. Belajar merupakan suatu upaya untuk menentukan hukum-hukum, bagaimana stimulus dan respons itu berasosiasi. Individu akan merespons stimulus yang datang dari luar, apabila stimulus tersebut memiliki asosiasi dengan responsnya. Ini terjadi karena individu tidak mampu untuk menghadapi banyaknya stimulus yang datang kepadanya.

        Menurut Guthrie, perilaku manusia merupakan deretan perilaku yang terdiri atas unit-unit reaksi atau respons dari stimulus sebelumnya. Pengubahan perilaku buruk yang terdapat pada diri seseorang dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:

  • Metode reaksi berlawanan (incompatible respone method)

        Manusia merupakan organism yang selalu mereaksi terhadap stimulus tertentu. Apabila suatu respons terhadap stimulus telah menjadi kebiasaan, maka cara untuk mengubahnya adalah dengan jalan menghubungkan stimulus itu dengan respons yang berlawanan, atau dengan respons buruk yang hendak dihilangkan.

  • Metode membosankan (exchaustion method)

        Dalam metode ini, perilaku yang buruk itu dibiarkan terus sampai orang yang bersangkutan menjadi bosan dengan sendirinya. Dengan kata lain, asosiasi antara stimulus dan respons yang buruk itu dibiarkan terus agar terjadi kepunahan dengan sendirinya.

  • Metode pengubahan lingkungan (change of environment method)

        Metode ini dilakukan dengan cara mamisahkan hubungan antara stimulus dengan respons yang akan dihilangkan. Aspek yang diubah yaitu stimulus yang menimbulkan kebiasaan buruk.


     

  1. Prinsip-prinsip Belajar

Salah satu tugas guru adalah mengajar , yang dalam kegiatannya tentu saja tidak dapat dilakukan sembarangan, guru harus menggunakan teori dan prinsip-prinsip belajar agar bisa bertindak secara cepat. Di bawah ini merupakan lima dasar prinsip-prinsip belajar.

  1. Penguatan (reinforcement)

    Eksperimen yang dilakukan Skinner dengan menggunakan tikus atau burung merpati, melahirkan prinsip-prinsip belajar. Sebagai seorang behaviorisme, Skinner menyatakan bahwa perilaku akan berubah sesuai dengan konsekuensi yang diperolehnya. Konsekuensi yang menyenangkan akan memperkuat perilaku dan konsekuensi yang tidak menyenangkan akan memperlemah perilaku. Artinya konsekuensi yang menyenangkan dapat meningkatkan frekuensi munculnya perilaku, sementara konsekuensi yang tidak menyenangkan akan mengurangi frekuensi perilaku. Konsekuensi yang menyenangkan pada umumnya disebut sebagai penguat (reinforces) dan konsekuensi yang tidak menyenangkan disebut sebagai hukuman (punishers). Penguatan (reinforcement) merupakan unsur penting di dalam belajar, karena penguatan itu akan memperkuat perilaku.

        Menurut Skinner, penguatan itu ada 2 macam, yaitu:

    1. Penguatan positif

      Sesuatu apabila diperoleh akan meningkatkan probabilitas respons atau perilaku. Respons denagn memperoleh reinforcement positif, respons tersebut ada kecenderungan untuk diulangi. Reinforcement positif dapat dibedakan menjadi 2 macam:

  • Reinforcement positif primer adalah reinforcement positif yang alami.
  • Reinforcement positif yang sekunder adalah stimuli yang berhubungan dengan reinforcement positif primer.
  1. Penguatan negative

    Sesuatu yang apabila ditiadakan dalam akan meningkatkan probabilitas respons. Dengan kata lain, reinforcement negative itu sebenarnya merupakan hukuman (punishment). Penguatan negative dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:

  • Reinforcement negatif primer adalah penguatan yang alami.
  • Reinforcement negative sekunder adalah stimuli yang berkaitan denagn reinforcement negative primer.
  1. Hukuman (punishment)

    Konsekuensi yang tidak memperkuat (memperlemah) perilaku disebut hukuman. Hukuman dimaksudkan untuk memperlemah atau meniadakan perilaku tertentu dengan cara menggunakan kegiatan yang tidak diinginkan. Dalam kegiatan belajar, pemberian hadiah lebih efektif dalam mengubah perilaku seseorang dari pada hukuman. Oleh karena itu memberikan hukuman untuk memperlemah perilaku hendaknya diterapkan secara bijak.

    Hukuman yang diberikan guru sebetulnya tidak akan menghilangkan perilaku, karena hukuman hanya dapat melatih seseorang berbuat tentang apa yang tidak boleh dilakukan, dan tidak melatih seseorang tentang apa yang harus dilakukan. Hukuman dapat menyebabkan seseorang mengaitkan hukuman dengan orang yang menghukum, bukan dengan perilakunya.


     

  2. Kesegaran Pemberian Penguatan

    Penguatan yang diberikan segera setelah perilaku muncul, akan menimbulkan efek terhadap perilaku yang jauh lebih baik, dibandingkan dengan pemberian penguatan yang diulur-ulur waktunya. Kedekatan pemberian penguatan ini merupakan bentuk balikan segera yang dapat menimbulkan kepuasan kepada setiap orang setelah berhasil melaksanakan tugas. Balikan segera yang diberikan kepada seseorang setidaknya memiliki 2 tujuan, yaitu:

  • Dapat membuat kejelasan hubungan antara perilaku dengan konsekuensi.
  • Dapat meningkatkan nilai informasi terhadap balikan itu sendiri.


     

  1. Jadual Pemberian Penguatan (schedule of reinforcement)

    Penguatan dapat diberikan secara terus-menerus atau berantara. Jika setiap respon diikuti dengan penguatan, maka tindakan ini dinamakan pemberian penguatan secara terus-menerus. Sebaliknya jika sebagian respon yang mendapatkan penguatan, maka tindakan ini dinamakan pemberian penguatan secara berantara (intermittent reinforcement). Bagian respon yang diperkuat melalui penguatan berantara itu dapat didasarkan pada sejumlah respons yang dibuat oleh seseorang. Dalam peristiwa itu jadual pemberian penguatan dinamakan jadual pemberian penguatan perbandingan (ratio schedule), dimana penguatan diberikan pada salah satu diantara sejumlah respons yang diinginkan.

    Variasi lain dari jadual pemberian penguatan yang dilakukan oleh guru dapat berbentuk perbandingan tetap (fixed-ratio) atau perbandingan berubah (variable ratio), dan jarak waktu tetap (fixed-interval) atau jarak waktu berubah (variable interval). Variasi jadual pemberian penguatan itu memiliki efek terhadap kecepatan respons, jumlah respons setiap pemberian penguatan, jumlah respons yang dibuat setelah penguatan dihentikan .


     

  2. Peranan Stimulus Terhadap Perilaku

    Penguatan yang diberikan setelah munculnya suatu perilaku sangat berpengaruh terhadap perilaku. Demikian pula stimulus yang mendahului perilaku, disebut juga anteseden perilaku, memegang peranan penting, yaitu: petunjuk, diskriminasi dan generalisasi.


     

    1. Petunjuk

      Petunjuk dinamakan stimulus anteseden karena akan memberikan informasi kepada setiap orang mengenai perilaku apa yang akan memperoleh hadiah dan perilaku apa yang akan mendapatkan hukuman. Petunjuk ini bentuknya beraneka ragam dan memberikan pemahaman kepada setiap orang mengenai kapan harus mengubah perilakunya, dan kapan tidak mengubah perilakunya.


       

    2. Diskriminasi

      Setiap individu telah belajar membedakan tentang kapan sebaiknya mengajukan pertanyaan, dan kapan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Diskriminasi dilakukan dengan cara menggunakan petunjuk, tanda atau informasi untuk mengetahui kapan suatu perilaku akan memperoleh penguatan. Agar siswa dapat belajar diskriminasi tentang perilaku, mereka harus memperoleh balikan atas respon yang benar dan salah.


       

    3. Generalisasi

      Generalisasi pada setiap orang tidak dapat berlangsung begitu saja. Biasanya apabila program manajemen perilaku berhasil diperkenalkan di lingkungan tertentu, perilaku seseorang itu tidak secara otomatis akan menjadi lebih baik di lingkungan yang lain.

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

  1. Kesimpulan

    Dari pembahasan makalah mengenai Teori Belajar Behavioristik adalah bahwa stimulus dan respon merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajara.

  2. Saran

    Adapun sarannya yaitu:

  • Lebih memahami apa itu pengertian belajar terlebih dahulu.
  • Sebaiknya harus bisa membedakan antar masing-masing teori belajar menurut para ahli.


 

DAFTAR PUSTAKA

Rifa'i,Achmad.dkk.,2010.Psikologi Pendidikan .Semarang : Unnes press

Tim Pengembang MKDK IKIP Semarang, Psikologi perkembangan. Semarang: Ikip Semarang Press


 


 


 


 


 


 


 

Posting Komentar

0Komentar

Please Select Embedded Mode To show the Comment System.*

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Ilmu dalam website ini berguna? Learn More
Accept !